-->

Karakteristik Penelitian Kualitatif Menurut Lexy J. Moleong

Karakteristik Penelitian Kualitatif Menurut Lexy J. Moleong

Karakteristik Penelitian Kualitatif

     Penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik atau ciri-ciri yang membedakannya dengan penelitian jenis lainnya.

Ciri ke-1: Latar Alamiah

     Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (entitiy). Hal ini dilakukan, menurut Lincoln dan Guba (1985:39), karena ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Menurut mereka hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi: (1) tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan-dalam-konteks untuk keperluan pemahaman; (2) konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan memilikii arti bagi konteks lainnya, artinya bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan; dan (3) sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinatif terhadap apa yang akan dicari.
     Uraian tersebut di atas membawa peneliti untuk memasuki dan melibatkan sebagian waktunya apakah di sekolah, keluarga, tetangga, dan lokasi lainnya untuk meneliti masalah pendidikan atau sosiologi. Peneliti yang mengadakan penelitian terhadap mahasiswa kedokteran, misalnya, mengikuti mahasiswa sebagai subjek penelitiannya ke dalam ruang kuliah, laboratorium, rumah sakit, dan tempat-tempat yang biasanya digunakan oleh mereka untuk berkumpul seperti kafetaria, asrama, tempat-tempat pertemuan, dan sebgainya. Contoh lainnya, suatu penelitian yang dilakukan Ogbu (dalam Bogdan dan Biklen, 1982:27) diselesaikan dalam dua puluh satu bulan dengan jalan mengadakan pengamatan dan wawancara terhadap guru, siswa, kepala sekolah, keluarga, dan anggota dewan sekolah (school board).

Ciri ke-2: Manusia Sebagai Alat (instrumen)

     Di Penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan dari orang lain adalah alat pengumpul data utama. Hal ini karena, jika menggunakan alat yang bukan-manusia dan mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebagai yang lazim digunakan dalam penelitian klasik, maka sangat tidak mungkin untuk mengadakan penyesuaian terhadap kenyataan-kenyataan yang ada di lapangan. Selain itu hanya manusia sebagai alat sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya, dan hanya manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan-kenyataan di lapangan. Hanya manusia sebagai instrumen pulalah yang dapat menilai apakah kehadirannya menjadi faktor pengganggu sehingga apabila terhadil hal yang demikian ia pasti dapat menyadarinya serta dapat menyadarinya serta dapat mengatasinya.
     Oleh karena itu, pada waktu mengumpulkan data di lapangan, peneliti berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif kegiatan kemasyarakatan. Penulis menamakan cara pengumpulan data demikan pengamatan-berperanserta atau participant-observation. (Catatan: Kuncaraningrat dan Emmerson, ed., 1982, menggunakan istiliah pengamatan terlibat yang jika dilihat dari segi pengertiannya masih kurang dinamis).

Ciri ke-3: Metode Kualitatif

     Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. MEtode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak, kedua, metodre ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga,  metode ini lebih peka dan dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.

Ciri ke-4: Analisis Data Secara Induktif

     Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisi data secara induktif ini digunakan karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat mengidentifikasi kenyataan-kenyataan jamak sebagai yang terdapat dalam data di lapangan. Kedua, analisis induktif lebih dapat membuat hubungan antara peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal, dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya. Keempat, analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik.

Ciri ke-5: Teori dari Dasar (grounded theory)

     Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak ada teori aprioriti yang dapat mencakupi kenyataan-kenyataan jamak yang mungkin akan dihadapi. Kedua, penelitian ini mempercayai apa yang dilihat sehingga ia berusaha untuksejauh mungkin menjadi netral. Ketiga,  teori dasar-dasar lebih dapat responsif terhadap nilai-nilai konstektual.
     Dengan menggunakan analisis secara induktif, berarti bahwa upaya pencarian data bukan dimaksudnkan unntuk membuktika hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan. Analisis ini lebih merupakan penyusunan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan, kemudian dikelompok-kelompokkan. Jadi, penyusunan teori di sini berasal dari bawah ke atas (grounded theory), yaitu dari sejumlah data yang banyak dikumpulkan dan yang saling berhubungan. Jika peneliti merencanakan untuk menyusun teori, arah penyusunan teori tersebut akan menjadi jelas sesiudah data dikumpulkan. Jadi, peneliti dalam hal ini menyusun atau membuat gambaran yang makin menjadi jelas sementara data dikumpulkan dan bagian-bagiannya diuji. Dalam hal ini peneliti tidak boleh berasumsi untuk merasa sudah cukup yang diketahui untuk memahami bagian-bagian penting sebelum mengadakan penelitian.

Sumber : Buku Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi Karya Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A. Tahun 2006

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter