Pengertian Difusi dan Diseminasi Inovasi
Difusi ialah proses komunikasi antara warga masyarakat dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini ditekankan dalam arti terjadinya saling tukar informasi antar beberapa individu baik secara memusat atau konvergen maupun secara memencar atau divergen. Dengan adanya komunikasi dalam bentuk seperti ini, akan terjadi kesamaan pendapat antara warga masyarakat tentang makna sebuah inovasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa difusi merupakan salah satu tipe komunikasi yang memiliki satu ciri pokok, yaitu bahwa pesan yang disampaikan adalah hal yang baru (inovasi).
Roger (Sa'ud, 2008: 29) membagi sistem difusi menjadi dua, yaitu sistem difusi sentralisasi dan sistem difusi desentralisasi. Sistem difusi sentralisasi memiliki beberapa faktor penentuan yaitu: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya dan sebagainya, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu. Sedangkan sistem difusi desentralisasi adalah sistem difusi yang memiliki beberapa faktor yang bertolak belakang dengan difusi sentralisasi yaitu: penentuan dilakukan oleh klien, dan bekerjasama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi. Selain itu, di dalam pelaksanaan sistem difusi desentralisasi tidak diperlukan adanya agen pembaharu dan sebagai gantinya, warga masyarakatlah yang kemudian menjadi penanggung jawab proses difusi inovasi.
Sa'ud (2008:29) menjelaskan bahwa disseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan diarahkan, dan dikelola. Jadi jika difusi secara spontan, maka disseminasi terjadi dengan pelaksanaan yang terstruktur. Selanjutnya, Sa'ud menjelaskan bahwa proses ini juga memiliki sebuah pengertian singkat, yaitu proses difusi yang terencana. Proses ini terjadi misalnya di dalam penyebaran inovasi menggunakan pendekatan ketrampilan proses di dalam sistem belajar mengajar. Misalnya, setelah diadakan sebuah percobaan terhadap siswa, ternyata ada sebuah perkembangan yang cukup signifikan dan proses belajar berlangsung secara efektif dan siswa mampu belajar secara aktif. Dari sini maka dapat disimpulkan bahwa di dalam percobaan tersebut telah ditemukan sebuah metode yang efektif dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (KBM), maka cara baru tersebut layak untuk disebarluaskan. Cara penyebarluasan metode baru tersebut adalah dengan memberikan penataran kepada beberapa perwakilan guru dari berbagai sekolah yang berbeda, sehingga akan terjadi sebuah proses difusi inovasi antar guru di sekolah masing-masing. Melalui proses difusi inovasi antar guru di sekolah masing-masing. Melalui proses ini, akan terjadi proses saling tukar informasi yang pada akhirnya mampu menciptakan kesamaan pendapat antara para guru tentang inovasi yang mereka dapatkan.
Komunikasi dalam Proses Difusi Inovasi
Komunikasi di dalam proses difusi inovasi dapat diartikan sebagai proses pertukaran informasi antara angggota sistem sosial, sehingga terjadi saling pengertian anatara satu dengan yang lain. Difusi adalah suatu sistem komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Inti dari pengertian difusi adalah terjadi komunikasi tentang sesuatu hal yang baru. Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup beberapa hal, yaitu: suatu inovasi, individu atau kelompok yang telah berpengalaman dalam proses inovasi, individu atau kelompok lain yang belum mengetahui proses inovasi, saluran komunikasi yang menggabungkan antara kedua pihak tersebut.
Saluran komunikasi merupaan alat untuk menyampaikan informasi dari seseorang ke orang lain. Kondisi kedua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk mengefektifitaskan proses komunikasi. Misalnya saluran media massa seperti radio, televisi, surat kabar, dan media massa yang lainnya. Media massa seringkali digunakan untuk menyampaikan informasi kepada audien dengan maksud agar inovasi dapat disadari dan diterima oleh audien. Sedangkan saluran interpersonal atau hubungan langsung secara individual lebih efektif untuk mempengaruhi atau membujuk seseorang agar mau menerima inovasi, terutama antara orang yang bersahabat atau memiliki hubungan yang erat. Dalam penggunaan saluran interpersonal dapat juga terjadi hubungan untuk beberapa orang, dengan kata lain saluran interpersonal dapat dilakukan dalam suatu kelompok.
Dari hasil kajian para ahli ternyata dalam proses difusi banyak orang tidak menilai inovasi secara objektif berdasarkan karya ilmiah, tetapi justru mereka menilai inovasi secara subjektif berdasarkan informasi yang didapatkan oleh kawannya yang telah terlebih dahulu mengetahui dan menerima inovasi. Proses inovasi interpersonal akan efektif jika sesuai dengan prinsip homophily (kesamaan) yaitu jika dua orang yang saling berkomunikasi memiliki kesamaan seperti kesamaan daerah, bahasa, kepercayaan, tingkat pendidikan dan sebagainya. Bahkan jika seseorang diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan sejumlah orang, ada kecenderungan besar bahwa orang tersbeut akan memilih orang lain yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Hal ini terjadi karena proses komunikasi dengan orang yang memiliki kesamaan akan terasa lebih akrab dan lancar.
Namun di dalam proses difusi, justru bukan keadaan homophily, atau kesamaan yang banyak dijumpai melainkan keadaan heterophily atau ketidaksamaan. Keadaan heterophily adalah keadaan yang bertolak belakang dengan keadaan homophily, dimana di dalam keadaan heterophily perbedaan lebih banyak ditemui daripada kesamaan. Perbedaan yang ada, memiliki potensi besar untuk menghambat proses difusi dikarenakan proses komunikasi menjadi kurang efektif.
Kesulitan di dalam heterophil dapat diatasi jika seseorang memiliki kemampuan empati yaitu kemampuan untuk memproyeksikan dirinya dalam keadaan yang sama dengan orang lain. Dengan akta lain, empati adalah kemampuan untuk menyamakan dirinya dengan orang lain.
Sumber : Buku Difusi Inovasi Pendidikan Karya Amin Yusuf tahun 2013
Post a Comment
Post a Comment