Karakteristik Orang Miskin
Sebelum kita bahas mengapa orang menjadi mskin maka terlebih dahulu kita harus memahami akan karakteristik orang miskin itu sendiri, mengingat karakteristik orang miskin itu sangat urgen untuk kita kaji secara mendalam agar mendapatkan gambaran yang lebih konkret dan sekaligus lebih mudah mencari solusinya. Berdasarkan hasil penelitian Mulyono (2011) serta diskusi kelompok oleh pakar kemiskinan yang melibatkan dari berbagai multidisplin ilmu seperti ekonom, pendidik, psikolog, dan sosiolog (2010) didapat empat karakteristik orang miskin. Karakteristik tersebut didasarkan pada individu manusia yang memiliki karakteristik yang unik dan bervariasi. Dari karakteristik yang dimiliki manusia, terdapat beberapa ketidaksesuaian (mismatch) antara permintaan dengan penawaran dalam aktivitas kehidupan. Adapun karakteristik tersebut kita bedakan menjadi empat tipe karakteristik orang miskin seperti berikut.
- Seseorang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan, tipe karakteristik ini menggambarkan seseorang/individu yang pada dasarnya memiliki kemampuan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan dalam rangka menunjang kehidupan akan tetapi ia tidak memiliki kemauan untuk melakukan kegiatan dengan berbagai alasan. Di antaranya alasan tersbeut adalah hasilnya tidak cukup untuk kehidupan sehari-hari, pekerjaan yang dilakukan terlalu berat, dianggap kasar atau dianggap memalukan. Maka tipe karakteristik ini sebenarnya adalah orang yang malas untuk maju dan berkembang, atau dengan kata lain cenderung suka "enak-enakan".
- Seseorang memiliki kemauan, tetapi tidak memiliki kemampuan, tipe karakteristik ini menggambarkan seseorang yang memiliki semangat, kemauan untuk melakukan kegiatan atau aktivitas dalam rangka menunjang kehidupannya, tetapi ia tidak memiliki kemampuan atau keterampila yang dibutuhkan oleh pasar baik dunia industri maupun dunia usaha. Sebenarnya tipe ini cukup muah untuk diberdayakan karena sudah memiliki kemauan yang kuat, tinggal memberikan keterampilan sesuai dengan yang diinginkan, sekaligus disesuaikan dengan kebutuhan pasar, baik dunia usaha maupun dunia industri (DUDI).
- Seseorang memiliki kemampuan dan memiliki kemampuan, tetapi merasa dirinya sudah cukup, tipe karakteristik ini adalah seseorang yang memiliki kemampuan serta kemauan dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas, tetapi karena merasa sudah cukup untuk kehidupan sehari-hari sehingga tidak mau berusaha lebih keras atau berjuang untuk lebih maju dan berkembang. Dengan kata lain, apa yang dimiliki (mensyukuri apapun yang telah dicapai) atau dengan istilah Jawa "nrimo". Karakter lain yang relevan dengan seseorang yang memiliki tanggungjawab akan pekerjaan rendah (tidak menjaga kualitas) karena ingin cepat selesai dan ingin cepat mendapatkan uang lebih banyak sehingga hasilnya tidak maksimal atau dalam istilah Jawa "grusah-grusuh", kemudian kepercayaan pengguna (user) akan dirinya menjadi rendah yang selanjutnya pengguna tidak lagi mau menggunakan tenaga atau pikirannya, karena dianggap tidak mampu bekerja dengan baik, dan pada akhirnya mereka menjadi pengangguran.
- Seseorang memiliki kemampuan dan memiliki kemauan akan tetapi tidak memiliki peluang kerja. Tipe karakteristik ini pada dasarnya adalah seseorang yang sudah memiliki kemampuan serta kemauan, akan tetapi kemampuan dan kemauan yang dimiliki tidak sesuai dengan permintaan atau kebutuhan pasar tempat orang tersebut berada sehingga mereka menjadi pengangguran sekaligus miskin.
Dari keempat tipe keunikan karakteristik yang dimiliki untuk masing-masing individu miskin, maka yang utama ketidakberdayaan yang mereka alami merupakan suatu keterpaksaan. Selain itu, berdasarkan fakta sosial menunjukkan bahwa orang miskin dapat terjadi karena berbagai alasan, yaitu miskin adalah karena pilihan, misalnya orang-orang yang karena kepercayaan agamanya. Mereka lebih mengutamakan persiapan untuk kehidupan akhirat dengan cara mengabaikan kepentingan duniawi, tetapi yang terbanyak adalah karena keterpaksaan. Orang miskin dari tipologi ini, terdapat banyak penjelasan. Dari sudut kepribadiannya, biasanya orang miskin tidak memiliki orientasi hidup, cita-cita hidup, dan rencana-rencana masa depan yang memadai. Pekerjaan (jika sudah bekerja) diposisikan semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan dasar hari ini, masa depan adalah soal nanti. Orang-orang seperti ini biasanya tidak memiliki potensi untuk mengantisipasi, apalagi melakukan proaktif terhadap perubahan. Mereka biasanya pasif atau sekedar reaktif terhadap perubahan sehingga hampir selalu menjadi pihak yang kalah dalam persaingan atau tegilas oleh perubahan itu sendiri.
Alasan lain individu menjadi miskin dikarenakan stigma negatif yang selama ini melekat pada diri orang miskin. Adapun stigma negatif ini berhubungan dengan moral dan mental. Moral, termasuk gaya hidup (life style) harus diubah ke arah yang positif, sedangkan mental berkenaan dengan perilaku malas juga harus diubah agar dapat meningkatkan etos kerja dan menambah pengetahuan, sikap, serta ketrampilan. Berhubungan dengan gaya hidup (life style) bagi mereka yang memiliki pendapatan pas-pasan (kurang mampu memenuhi kebutuhan pokok), seharusnya tidak pelru ikutan pada mereka yang memiliki tingkat ekonomi kuat, tetapi lebih menekankan pada kehidupan apa adanya (realistis).
Sumber : Buku Kemiskinan Pemberdayaan Masyarakat Karya Dr. Sungkowo Edy Mulyono, S.Pd., M.Si. Tahun 2017.
Sumber : Buku Kemiskinan Pemberdayaan Masyarakat Karya Dr. Sungkowo Edy Mulyono, S.Pd., M.Si. Tahun 2017.
Post a Comment
Post a Comment