Konsep Kemiskinan
Kemiskinan merupakan fenomena yang masih sulit dipecahkan oleh bangsa Indonesia. Kemiskinan juga memunculkan berbagai masalah baru seperti kebodohan, pengangguran , kelaparan, kesenjangan sosial, kesehatan, dan kriminalitas. Dampak lain yang ditimbulkankan oleh kemiskinan bukan hanya masalah pemenuhan kebutuhan pokok semata, tetapi demand pendidikan juga ikut terabaikan. Hal itu dibuktikan dengan angka putus sekolah yang meningkat, bahkan masyarakat miskin sampai tidak mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga menimbulkan pengangguran. Pada dasarnya kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia, tidak terkecuali negara maju seperti Amerika Serikat. Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok-kelompok tertentu dan kaum perempuan pada umumnya merupakan pihak yang dirugikan. Demikian pula dengan anak-anak, mereka juga menderita akibat adanya ketidakmerataan. Selain itu, kualitas hidup masa depan mereka juga ikut terancam, karena tidak tercukupinya gizi, pemerataa kesehatan, maupun pendidikan.
Todaro (2000) menyatakan kemiskinan absolut (absolute poverty) mengacu kepada sejumlah penduduk yang hidup di bawah "garis kemiskinan internasional" atau yang kurang dari tingkat pendapatan minimum tertentu. Garis tersebut tidak mengenal tapal batas antarnegara serta tidak ada hubungannya dengan tingkat pendapatan per kapita suatu negara, dan perbedaan tingkat harga per hari dalam PPP dolar hingga kurang lebih US$ 1 mengakibatkan jumlah kemiskinan pada kehidupan masing-masing individu. Kemiskinan absolut ini dapat saja terjadi di New Yorok maupun Kalkuta, Kairo, Lagos, dan Bogota, walaupun kadarnya jauh berbeda, baik dalam jumlah total maupun persentase terhadap jumlah penduduk.
Bertolak dari hasil penelitian yang komprehensif, yang kemudian termuat dalam Word Development Report (1996), Bank Dunia mencoba memperkirakan jangkauan kemiskinan negara-negara Dunia Ketiga, guna memungkinkan dilakukannya antarnegara. Bank Dunia menentukan dua garis kemiskinan global untuk tahun 1985. Setiap rumah tangga yang berpendapat tahunannya (dihitung berdasarkan daya beli US$ 1 pada tahun 1985) $370 digolongkan "miskin" (poor).
Istilah miskin menurut Thohir (2008) adalah kondisi yang secara umum menggambarkan suatu rumah tangga, komunitas, atau seseorang yang berada dalam serba kekurangan, terutama dalam kaiannya dengan pemenuhan kebutuhan yang paling dasar. Akibat hal tersebut, yang bersangkutan mengalami berbagai keterbatasan baik terhadap peran-peran yang secara sosial, politik, maupun budaya yang harus dilakukan. Keterbatasan-keterbatasan seperti itu dapat terjadi karena akibat dari internal individu atau rumahtangga yang gagal beradaptasi terhadap lingkungan, atau di dalam merespons perubahan. Pada saat yang sama, dapat juga terjadi sebaliknya, yaitu lingkunganlah yang melahirkan seseorang menjadi miskin.
Kemisinan itu sendiri oleh Ambar (2004), ditandai oleh konsep masyarakat yang serba terbatas, baik dalam aksesibilitas pada faktor produksi, peluang atau kesempatan berusaha, pendidikan, serta fasilitas hidup lainnya sehingga dalam setiap aktivitas maupun usaha menjadi sangat terbatas. Bank Dunia (2007) mendifinisikan kemiskinan sebagai: "Poverty is concern with absolute standart of livin of part of society the poor in equality refers to relative living standart across the whole society".
Demikian juga Mulyono (2011) menyatakan, miskin dibedakan menjadi dua, yaitu miskin fisik dan nonfisik. Miskin secara fisik antara lain berupa kondisi rumah tidak layak huni yaitu lantai masih berasal dari tanah atau plesteran dan dinding terbuatdari separuh tembok separuh papan atau hanya dari papan (bukan dari papan jati), untuk status kepemilikin rumah ada yang milik sendiri dengan ukuran kecil 3x8 m2 tetapi ada juga yang kontrak. Sementara itu, untuk status kepemilikan tanah, ada yang sendiri dengan ukuran kecil ada juga yang menempati tanah milik Negara. Kemudian untuk kepemilikan aset masih sangat sederhana seperti meja kursi dari kayu tetapi kondisinya sudah rusak, kemudian almari dari tripleks atau dari bahan plastik, TV 14/21 inci pada umumnya produk Cina. Sedang yang nonfisik terdiri dari pendapatan rendah di bawah 2 US$ per orang/per hari, bahkan ada yang di bawah standar UMR, sementara untuk pengeluaran lebih besar dari pendaptan, sedangkan pekerjaan mereka mendapatkan upah yang rendah, dan bagi yang pengangguran pada umumnya mereka menjadi pengangguran terbuka/terselubung, serta potensi yang dimiliki juga rendah. Secara umum masyarakat miskin pada dasarnya serba kekurangan, baik papan, pangan, maupun sandang. Tidak hanya itu, untuk keperluan lainnya seperti pendidikan dan kesehatan juga ikut terabaikan.
Sumber : Buku Kemiskinan Pemberdayaan Masyarakat Karya Dr. Sungkowo Edy Mulyono, S.Pd., M.Si. Tahun 2017.
Post a Comment
Post a Comment